Rabu, 27 Mei 2015

Nasehat syaidina ali

Nasehat Sayyidina Ali ra
Umat Islam sedikit sekali memahami dan
mendalami apa yang disampaikan oleh
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra dikarenakan
terpengaruh oleh “gangguan” Abdullah bin
Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang
berpura-pura masuk Islam. Sesungguhnya ini
sebuah kerugian yang sangat besar.
Berikut ini nasehat yang disampaikan
Sayyidina Ali ra, yang dikenal sebagai imam
dalam ilmu hikmah (pemahaman yang dalam)
dan futuwwah yang mendapatkan pengajaran
dan bimbingan langsung dari imam segala
mursyid yakni Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi
wasallam.
Nasehat Sayyidina Ali ra kepada puteranya
Resapkan kebenaran yang satu ini, wahai
anakku !……. Bahwa Tuhan, yang punya
perbendaharaan langit dan bumi , telah
memberi permisi buatmu untuk mohon semua
itu. Dan Dia pun membuat Janji untuk
mengabulkan pintamu!. Dia menyuruh untuk
mohon anugerahNya, yang akan
diberikanNya. Dan Rahmatnya , yang akan
dilimpahkanNya…
Tidak ada petugas sekuriti, penghalang
doamu sampai padaNya. Tidak perlu pula
ada perantara berada diantara kamu dan
diriNya, mewakili atas-namamu.
Jika kamu melanggar janji, jika kamu
melanggar sumpah, melakukan lagi yang dulu
kamu bertobat, Dia tidak akan segera
menghukummu, Dia tidak akan tergesa
menolakmu atau menganugerahimu. Dan bila
kamu bertobat sekali lagi, Dia tidak akan
Nyinyir Mengejekmu atau ramai-beberkan
rahasia dosamu , walaupun itu paling patut
bagimu.
Tetapi Dia akan menerima tobatmu serta
memaafkanmu. tanpa pernah mengungkit-
ngungkit maafNya , atau menolak
melimpahkan rakhmatNya. Tidak, bahkan
resmi dinyatakan bahwa tobat adalah
kebajikan dan kesalehan.
Yang Maha Pengasih telah membuat deklarasi
, setiap salahmu cuma dihitung satu, setiap
baik-salehmu dihitung sepuluh. Pintu
TobatNya ditinggal lebar jembar terbuka.
Dia dengar setiap sapaan panggilanmu. Dia
terima setiap panjatan doamu.. .
Putraku sayang, walaupun rentang usiaku
tidaklah sepanjang mereka yang telah
mendahuluiku, namun aku berusaha keras
untuk mempelajari sejarah kehidupan mereka.
Dengan tekun kutelusuri kegiatan-kegiatan
mereka, kurenungkan pikiran dan amal
perbuatan mereka, kupelajari bekas-bekas
peninggalan dan reruntuhan mereka, dan
kurenungkan perjalanan mereka sedemikian
rupa sehingga aku merasa seakan-akan aku
pernah hidup dan bekerja bersama mereka
dari abad-abad permulaan sejarah sampai
ke masa kita ini. Aku tahu apa yang baik
dan yang membawa kerusakan bagi mereka.
Dengan memisahkan yang baik dari yang
buruk kuperhatikan dengan
seksamahalaman-halaman pengetahuan yang
telah kuhimpun. Melalui nasihat ini aku
berusaha menunjukkan kepadamu nilai
kehidupan yang bersih dan pemikiran yang
tinggi, dan bahaya kehidupan yang penuh
dosa dan kekejian. Sebagai ayah yang kasih,
penuh perhatian dan mencintaimu, aku
berusaha menjaga dan melindungi setiap segi
kehidupanmu.
Sejak awal aku bermaksud menolong
mengembangkan akhlak yang mulia dan
mempersiapkanmu menjalani kehidupan ini.
Aku ingin mendidikmu menjadi seorang
pemuda dengan akhlak karimah, berjiwa
terbuka dan jujur serta memiliki pengetahuan
yang jernih dan tepat tentang segala
sesuatu di sekelilingmu.
Pada mulanya aku hanya ingin mengajarimu
Kitab Suci, secara mendalam, mengerti
seluk-beluk (tafsir dan takwil)nya,
membekalimu dengan pengetahuan yang
lengkap tentang perintah dan larangan-Nya
(hukum-hukum dan syariat-Nya) serta halal
dan haramnya. Kemudian aku khawatir
engkau dibingungkan oleh hal-hal yang
diperselisihkan di antara manusia, akibat
perbedaaan pandangan di antara mereka
dan diperburuk oleh cara berpikir yang
kacau, cara hidup yang penuh dosa,
egoisme dan kecenderungan hawa nafsu
mereka, sebagaimana membingungkan
mereka yang berselisih itu sendiri.
Oleh karena itu, kutuliskan, dalam nasihatku
ini,prinsip-prinsip dasar dari keutamaan,
kemuliaan, kesalehan, kebenaran dan
keadilan. Mungkin berat terasa olehmu,
tetapi lebih baik membekali engkau dengan
pengetahuan ini daripada membiarkanmu
tanpa pertahanan berhadapan dengan dunia
yang penuh dengan bahaya kehancuran dan
kebinasaan. Karena engkau adalah pemuda
yang saleh dan bertaqwa, aku yakin engkau
akan mendapatkan bimbingan dan
pertolongan ilahi (taufik dan hidayah-Nya)
dalam mencapai tujuanmu. Aku ingin engkau
berjanji pada dirimu untuk bersungguh-
sungguh mengikuti nasihatku ini.
Ketahuilah wahai putraku, bahwa sebaik-
baiknya wasiat adalah taqwa kepada Allah,
bersunguh-sungguh menjalankan tugas yang
diwajibkan-Nya atasmu, dan mengikuti jejak
langkah ayah-ayahmu yang terdahulu
(sampai Rasullullah) dan orang-orang yang
saleh dari keluargamu. Bahwasanya mereka
senantiasa memperhatikan dengan teliti
pikiran dan perbuatan mereka sebagaimana
engkaupun harus berbuat. Apabila jiwamu
menolak untuk menerima hal-hal tersebut
dan bertahan untuk mengetahui sendiri
sebagaimana mereka mengetahui (mengalami
apa yang mereka alami), maka engkaupun
bebas untuk mencapai kesimpulan-
kesimpulanmu, tetapi hendaknya usahamu itu
disertai dengan pengkajian dan pemahaman
yang teliti.
Jangan sekali-kali membiarkan
ketidakpastian dan keraguan meracuni
pikiranmu. Jangan biarkan rasa ingin menang
ataupun rasa suka dan tidak suka
mempengaruhi pandangan dan pendapatmu.
Ingatlah untuk senantiasa mengawali
usahamu dengan memohon petunjuk dari
Tuhanmu dan membimbingmu ke jalan yang
benar. Jangan biarkan perasaan ragu dan
bimbang (terhadap kebenaran ajaran agama)
menguasai pikiranmu, karena itu akan
menjerumuskanmu ke dalam agnostisisme
(sikap tidak peduli terhadap Tuhan) atau
syubhat atau ke dalam dosa dan kesesatan.
Ketika engkau akan menyelesaikan suatu
masalah sedang engkau yakin bahwa hatimu
bersih dan khusyuk, pikiranmu telah terpusat
dan semangatmu telah penuh, perhatikanlah
apa yang telah kuterangkan padamu, tetapi
jika pikiranmu belum jernih dan terbebas dari
keraguan sebagaimana engkau harapkan
maka engkau akan membabi buta dan
menerjang bagaikan unta buta dan jatuh ke
dalam kegelapan. Dalam keadaan seperti itu
yang terbaik adalah berhenti, karena dalam
keterbatasan-keterbatasan seperti itu
seseorang takkan pernah mencapai
kebenaran.
Putraku sayang, perhatikan dan ingatlah
baik-baik nasehatku. Dan ketahuilah, bahwa
Allah, Penguasa Maut. Dia pula Penguasa
Hidup. Dia lah Pencipta sekaligus
Penghancur, bahwa Dia yang memusnahkan
dan akan menghidupkan kembali. Dia yang
mengirim bencana dan hanya Dia yang
menyelamatkan.
Ingatlah bahwa alam semesta berjalan
dibawah hukum-hukum-Nya, Allah ciptakan di
dalamnya aksi-reaksi, sebab-akibat,
bencana dan karunia, penderitaan dan
kenikmatan, pahala dan hukuman; tetapi ini
belumlah semuanya; masih banyak hal yang
di luar pemahaman kita, hal- hal yang tidak
dan tidak akan dapat diketahui dan hal-hal
yang tidak dapat diduga dan diramalkan.
Jika ada yang tidak kau pahami, janganlah
langsung menolaknya. Ingatlah bahwa
ketidakmengertianmu disebabkan oleh
kurangnya pengetahuanmu (atau kejahilanmu)
.
Ingatlah bahwa penampilan pertamamu di
muka bumi ini di awali dengan kebodohan
dan ketidaktahuan, kemudian secara
bertahap engkau memperoleh pengetahuan.
Ada banyak hal (didunia) ini yang berada di
luar pengetahuanmu, yang membingungkan
dan mengejutkanmu, dan yang tentang
engkau tak mengerti “mengapa” dan
“bagaimana”; perlahan-lahan engkau
memperoleh pengetahuan tentang beberapa
hal di antaranya, dan di masa depan
pengetahuan dan pandanganmu akan lebih
luas. Karena itu, bersandarlah kepada Tuhan
yang telah menciptakanmu, yang menjamin
rizkimu, yang menyempurnakan rupa dan
bentukmu. Hendaknya kepada-Nya saja
engkau mengabdi dan beribadah, berharap
dan bermohon, dan hanya kepada-Nya
engkau merasa takut dan gentar.
Ketahuilah, wahai putraku, bahwa tak
seorangpun yang pernah menyampaikan
berita yang demikian terperinci tentang Allah
kepada umat manusia sebagaimana yang
disampaikan oleh Rasullullah SAW.
Kunasihatkan engkau untuk rela dengan
ajaran-ajarannya, menjadikannya sebagai
pemimpinmu dan menerima bimbingannya
untuk mendapatkan keselamatan (dunia dan
akhirat). Sungguh aku telah berusaha
melakukan yang terbaik dalam menasihatimu
sebagai seorang ayah yang kasih dan tulus.
Dan percayalah bahwa engkau takkan
mencapai wawasan yang demikian tentang
kebaikan diimu lebih dari yang kunasihatkan
padamu.
Ingatlah, putraku, sekiranya ada Tuhan
selain-Nya, Yang Esa, pasti telah
dikimkannya pula utusan-utusan-Nya,
engkau akan lihat tanda-tanda kekuasaan
dan kebesaran-Nya, dan engkau akan
ketahui pula sifat-sifat dan perbuatan-Nya.
Tetapi telah nyata bahwa Dia-lah Tuhan yang
Tunggal sebagaimana Dia menyebut Diri-Nya.
Tiada sesuatu pun yang sebanding
kekuasaan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Dia
kekal Abadi, tidak pernah dan tidak pernah
berubah. Dia-lah yang Pertama sebelum
segala sesuatunya tanpa permulaan. Dia pula
yang Akhir sesudah segala sesuatunya
tanpa akhir penghabisan(nihayah).
Sungguh agung, tinggi dan tak
terbandingkan ketuhanan(rububiyah)-Nya,
sehingga di luar jangkauan pikiran. Tak
seorang pun yang dapat mengerti atau
mencerap-Nya. Jika engkau telah mengetahui
kedudukanmu di hadapan-Nya, maka
berlakulah yang layak bagi orang sepertimu;
yang sangat lemah, tak berdaya, banyak
kekurangan, dan sangat berhajat kepada
Rabbnya dalam melaksanakan taat, serta
takut akan siksa dan murka-Nya.
Sesungguhnya Allah tidak menyuruhmu
melakukan sesuatu kecuali yang baik dan
membawa kebaikan, dan tidak melarangmu
kecuali dari yang buruk dan menimbulkan
keburukan.
Putraku sayang, melalui nasehatku ini, telah
kujelaskan segala sesuanya tentang dunia
ini, betapa cepat perubahan yang terjadi
padanya, betapa singkat segala sesuatu
yang ditahan dan ditawarkannya, betapa
cepat ia merubah kecenderungan dan
karunianya.
Juga telah kujelaskan tentang kehidupan
yang akan datang dan semua perlengkapan
yang tersedia bagi ahlinya.
Aku telah berikan contoh-contoh tentang
aspek-aspek kedua kedua kehidupan
tersebut, sebelum dan sesudah kematian,
supya engkau dapat mengambil pelajaran
darinya dan menjalani kehidupan
berdasarkan pengetahuan tersebut.
Sesungguhnya perumpamaan orang-orang
yang memahami hakekat dunia ini adalah
bagaikan orang yang melakukan perjalanan
dari tempat yang kering tandus dan
gersang menuju tempat yang subur
menghijau, penuh karunia dan nikmat.
Mereka menjalaninya dengan penuh gairah
dan harapan akan masa depan yang penuh
karunia dan kedamaian. Mereka dengan rela
menerima segala penderitaan, kesukaran
dan resiko perjalanan. Tabah menghadapi
perpisahan dengan kawan, kurangnya
makanan dan kenyamanan selama perjalanan
demi tercapainya tujuan perjalanan. Mereka
tidak menolak untuk menanggung segala
ketidaknyamanan dan tidak segan
menanggung setiap pengeluaran dalam
perjalanan (berderma, bersedekah dan
menolong fakir miskin dan yang
berkekurangan). Setiap langkah yang diambil
dalam menjalani tujuannya, betapa pun
melelahkan, merupakan saat-saat yang
membahagiakan dalam kehidupannya. Tiada
sesuatu yang lebih dicintainya daripada
mendekatkan diri dan sampai ke tujuan.
Sebaliknya perumpaan orang yang tertipu
oleh dunia ini bagaikan orang yang merasa
tinggal di tempat yang subur dan
menyenangkan, dan harus berjalan menuju
tempat yang kering tandus. Adakah sesuatu
yang lebih menjemukan daripada perjalanan
yang seperti itu? Betapa akan bencinya
mereka untuk meninggalkan tempat mereka
berada berpindah ke tempat yang mereka
sangat benci, tempat yang dahsyat,
mengerikan dan menakutkan.
Putraku sayang, sejauh prilakumu
menyangkut orang lain, jadikanlah dirimu
sebagai neraca timbangan untuk menilai baik
buruknya.
Berlakulah kepada sesamamu sebagaimana
yang kau harapkan dia berlaku padamu. Apa
yang kau sukai bagi dirimu sukai pula buat
orang lain, dan apa saja yang tidak kau
sukai terjadi atas dirimu hindarkanlah orang
lain darinya.
Jangan menganiaya dan menzalimi siapapun
karena kaupun tidak suka dianiaya dan
dizalimi. Bersikap baik dan simpatilah
kepada yang lain sebagaimana engkau ingin
orang lain berlaku baik dan simpati
kepadamu. Anggaplah buruk bagi dirimu apa
yang kau pandang buruk sekiranya terbit
dari orang lain.
Jika engkau merasa puas dan senang dalam
menerima perbuatan tertentu dari orang
lain, maka engkaupun dapat berlaku seperti
itu kepada yang lain. Jangan membicarakan
sesamamu dengan cara yang kau sendiri
tidak suka apabila orang lain
membicarakanmu seperti itu.
Janganlah berbicara tentang hal-hal yang
kurang atau tidak kau ketahui, dan jika
engaku berbicara tentang sesuatu atau
seseorang yang betul-betul kau ketahui
dengan baik, maka hindarilah skandal dan
fitnah sebagaimana engkau sendiri tidak
suka difitnah dan diumpat seperti itu.
Ketahuilah bahwa sombong dan bangga diri
adalah bentuk-bentuk kebodohan dan
berbahaya bagi jiwa dan pikiranmu. Oleh
karena itu, jalanilah kehidupan yang
seimbang (tidak sombong dan juga tidak
menderita kompleks rendah diri),
berusahalah untuk berlaku jujur dan tulus,
Janganlah berlaku sebagai penyimpan barang
bagi orang lain.
Apabila engkau mendapat bimbingan dari
Tuhanmu untuk mencapai apa-apa yang kau
inginkan, maka janganlah bangga dengan
perolehanmu itu.
Tunduk dan merendahlah di hadapan-Nya
dan sadarilah bahwa keberhasilanmu itu
semata-mata karena kasih dan karunia-Nya.
Ingatlah anakku, bahwa di depanmu itu
perjalanan yang panjang dan jauh.
Perjalanan yang tidak hanya sangat
panjang, melelahkan, berat dan sukar,
bahkan rutenya pun sebagian besar melalui
daerah yang curam, tandus dan gersang.
Engkau akan sangat membutuhkan istirahat,
penyegaran dan pertolongan. Waspadalah
dan perbaikilah perbekalanmu agar engkau
dapat melanjutkan perjalananmu ke
tujuanmu, yaitu hari pengadilan. Tetapi
ingatlah anakku, jangan bebani dirimu secara
berlebih-lebihan (jangan terlalu banyak tugas
dan kewajiban atau jangan bebani dirimu
dengan hidup mewah yang membawa cela
dan aib). Karena jika bebanmu lebih dari
yang dapat kau pikul dengan nyaman, maka
perjalananmu itu akan sangat menyakitkan
dan melelahkan.
Jika kau mendapati di sekelilingmu orang-
orang yang miskin, papa dan berhajat yang
sanggup membawakanmu bekalmu untuk
diserahkan kelak di hari kiamat di mana
engkau akan sangat berhajat padanya,
maka gunakanlah kesempatan itu dan
serahkan bebanmu kepadanya (distribusilah
kekayaanmu di antara orang-orang yang
miskin, papa dan berhajat. Tolonglah
sesamamu semampumu. Berbuat baik dan
kasihilah sesamamu).
Jadi bebaskanlah dirimu dari pertanggungan
yang berat dimana kau akan ditanyai
tentang penggunaan karunia yang telah
dilimpahkan-Nya atasmu (kesehatan, harta,
kekuasaan dan kedudukan). Sehingga engkau
dapat mencapai tujuan perjalananmu dalam
keadaan ringan dan segar, dan engkau telah
memiliki bekal yang cukup bagimu di sana
(pahala atas pelaksanaan kewajibanmu
kepada manusia dan Tuhan di alam dunia
ini).
Bagikanlah bebanmu kepada sebanyak
mungkin orang yang dapat membawanya
(tolonglah sebanyak mungkin orang yang
terjangkau olehmu) sehingga engkau tidak
akan kehilangan mereka ketika engkau
sangat membutuhkan mereka (atau mungkin
saja suatu ketika engkau akan membutuhkan
mereka dan tidak kau dapatkan).
Manfaatkanlah harta dan kekuasaanmu
sedemikian rupa sehingga engkau akan
memperolehnya kembali ketika engkau dalam
keadaan miskin dan tak berdaya (pada hari
pengadilan).
Riwayat Sayyidina Ali bin Abu Thalib ra
Sayyidina Al-Imam Ali bin Abu Thalib
Karramallahu Wajhah adalah sahabat yang
sangat beruntung karena sejak kecil dididik
Rasulullah SAW. Dari kalangan muda, beliaulah
yang yang pertama masuk islam. Begitu
beliau dewasa, Rasulullah SAW mengambilnya
sebagai menantu.
Rasulullah SAW menikahkan Sayyidatuna
Fatimah dengan Sayyidina Ali bin Abu Thalib
pada bulan Rajab, beberapa bulan setelah
hijrah dari Mekah ke Madinah. Namun
keduanya tidak langsung berkumpul layaknya
pasangan suami istri. Karena saat itu,
Rasulullah SAW masih menetap di rumah Abu
Ayub Al-Anshari, di Madinah. Sementara
beliau sendiri masih menyelesaikan
pembangunan rumahnya di sekitar Masjid
Nabawi.
Baru setelah rumah itu berdiri, bertepatan
dengan selesainya perang Badar,
Sayyidatuna Fatimah dan Sayyidina Ali
berkumpul. Yaitu pada tahun kedua setelah
Hijrah. Ketika Rasulullah SAW bermaksud
pulang setelah mengantar putri
tersayangnya ke rumah Sayyidina Ali;
Sayyidatuna Fatimah menangis karena sedih
bakal berpisah dengan bapaknya.
Sebelum menikah dengan Sayyidina Ali bin
Abu Thalib; dua orang sahabat Nabi SAW
yaitu Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dan
Sayyidina Umar bin Khaththab, telah meminta
kepada Nabi SAW agar mengangkatnya
sebagai menantu. Tapi Nabi SAW menolaknya,
dengan alasan Sayyidatuna Fatimah masih
terlalu kecil dan menunggu petunjuk dari
Allah SWT.
Seusai pernikahan, Sayyidina Ali
menyerahkan uang empat ratus dirham
kepada Rasulullah SAW. Sepertiga dari jumlah
itu beliau serahkan untuk membeli wewangian.
Sepertiga lainnya digunakan membeli
pakaian. Sedang sisanya di serahkan pada
Ummu Salamah untuk disimpan.
Sepertiga uang yang dibelanjakan ternyata
hanya cukup untuk membeli barang-barang
sederhana. Seluruh barang yang didapat
terbuat dari bahan kain kasar, kulit, kayu
dan tembikar. Bahkan Rasulullah SAW sempat
menangis melihat peralatan pernikahan putri
yang dicintainya sangat sederhana.
Rasulullah pernah bersabda kepada
Sayyidatuna Fatimah pada waktu beliau
dinikahkan dengan Sayyidina Ali Kw :
“Kamu Kunikahkan dengan Ahli Baitku yang
paling Kucintai.” (HR.Thabrani, Hakim, Nasa’i
dan Ahmad)
Sayyidina Ali adalah anak Abdu Manaf, yang
lebih dikenal dengan sebutan “Abu
Thalib” ( ayah Thalib ). Thalib adalah anak
tertua Abdu Manaf. Berbeda dengan
kebiasaan petinggi kaum Quraisy lainnya,
Abu Thalib memiliki kebiasaan khusus, yaitu
berpantang meminum minuman keras.
Ibunda Sayyidina Ali adalah Fatimah binti
Asad bin Hasyim. Ia tercatat sebagai wanita
pertama dari Bani Hasyim yang menikah
dengan pria dari Bani Hasyim pula. Sebelum
itu telah menjadi kebiasaan bagi pria Bani
Hasyim menikah dengan wanita Quraisy lain
yang bukan Bani Hasyim.
Rasulullah SAW mendidik dan membina
Sayyidina Ali sedari kecil. Hal itu
dilakukannya dengan ikhlas, karena sadar
betapa Abdu Manaf dan keluarganya telah
melindungi dan menolong Rasulullah SAW
sejak kecil sampai dewasa.
Sayyidina Ali memiliki nama selain pemberian
ayahnya. Dari ibunya, beliau memiliki nama
Haidarah (singa). Sayyidina Ali juga kerap
dipanggil Abul Hasan dan Abul Husein.
Setelah selesai perang Asyirah di daerah
Yanbu’, Sayyidina Ali beserta salah seorang
sahabat yang lain tertidur di bawah pohon
kurma yang rindang tanpa alas apapun.
Hingga keduanya dibangunkan Rasulullah
SAW dalam keadaan punggungnya
berlumuran debu. Ketika melihat punggung
Sayyidina Ali penuh debu, Rasulullah SAW
berujar :
“ Hai Abu Turab mengapa engkau tidur di
tempat ini ?
Rasullah SAW memberikan nama panggilan
kepadanya “Abu Turab”(bapak debu, yang
bermakna “Orang yang sangat rendah hati”.
Selain Abdul Muthalib dan Abu Thalib,
Sayyidina Ali pun ikut membantu dan
melindungi Rasulullah SAW dalam
melaksanakan dakwah. Hal ini dilakukan
Sayyidina sejak beliau masih kanak-kanak.
Suatu ketika kaum Quraisy mengalami
kebuntuan dalam mengganggu dakwah
Rasulullah. Tanpa berputus asa, kaum
Quraisy kemudian menghasut anak-anak
untuk melempari batu ke arah nabi SAW.
Paman Rasulullah SAW, Abu Thalib tidak
mungkin melawan anak-anak kaum Quraisy
tesebut. Maka ketika Abdu Manaf
mengkhawatirkan keselamatan Nabi SAW,
tampillah Sayyidina Ali yang kala itu masih
kanak-kanak melawan mereka. Beliau
menggigit wajah dan kuping anak-anak kaum
Quraisy yang coba mengganggu Nabi SAW.
Karena kebiasaan itulah, beliau mendapat
julukan Al-Qadhim ( tukang gigit ) dari
kalangan penduduk Mekah.
Sayyidina Ali adalah laki-laki pertama yang
masuk islam setelah Rasulullah SAW sendiri.
Dalam hal ini An-Nasai dalam kitab Al-
Khasha’ishah mengemukakan sebuah riwayat
berasal dari Afif Al-Kindi yang menyaksikan
sebuah “keanehan”. Suatu hari pada zaman
Jahiliyah, ia datang ke Mekah untuk membeli
pakaian dan wewangian. Saat singgah di
rumah Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib, ia
melihat keanehan itu dekat Ka’bah. Lalu ia
bertanya kepada Sayyidina Abbas :
“Adakah kau melihat satu keanehan
disana?”
Sayyidina Abbas menjawab :
“Soal aneh, tahukah kamu siapakah anak
muda itu?”
Setelah Sayyidina Abbas mengatakan adanya
agama baru, ia melanjutkan kalimatnya.
“Kemenakanku ( Muhammad SAW )
memberitahu kepadaku bahwa tuhannya
adalah Tuhan penguasa langit dan bumi. Dan
ia diperintahkan oleh Tuhannya untuk
membawakan agama yang dianutnya itu. Demi
Allah, tidak ada seorang pun di muka bumi
yang menganut agama itu selain mereka
bertiga, yaitu Rasulullah SAW, istri beliau
( Khadijah binti Khuwalid ) dan Ali bin Abu
Thalib.”
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa ketika
Sayyidina Ali menyatakan dirinya memeluk
islam, usianya kala itu baru sepuluh tahun.
Sayyidina Ali bin Abu Thalib Kw adalah
seorang Alim yang cerdas, Ahli Fiqih,
panglima yang bijaksana, yang kealimannya
tidak pernah rusak oleh kekuasaan, yang
keputusannya tidak pernah menyimpang
demi kepuasan para pengikutnya, Imam yang
Wara’, cendikiawan yang berotak cemerlang,
Qadhi yang jenius, Amirul Mu’minin, salah
seorang ksatria yang diperhitungkan,
seorang Orator berbahasa fasih dan
seorang ahli Zuhud yang di agungkan.
Beliau tidak pernah menundukkan diri
kepada berhala selama hidupnya; orang yang
pertama kali masuk islam dari kalangan
pemuda serta orang pertama kali melakukan
shalat di belakang Rasulullah saw.
Beliau adalah pembawa bendera Rasulullah
saw dalam sebagian besar peperangan
beliau, mengikuti semua peperangan selain
perang Tabuk, karena ketika itu beliau
diangkat sebagai pengganti oleh Rasulullah
saw. Beliau berhati mulia di dalam
perdamaian dan mulia dalam pertempuran. Di
antara kemulian yang Allah swt limpahkan
kepada dirinya adalah bahwa mata beliau
tidak pernah memandang aurat sama sekali.
Beliau adalah Kholifah ke empat diantara
Khulafaur Rasyidin, termasuk diantara
sepuluh orang yang telah memperoleh kabar
gembira akan masuk Syurga.
Beliau menyadari kemuliaan ini, seraya
berkata :
“Kamu sekalian mengetahui posisi saya disisi
Rasulullah saw dengan hubungan kerabat
yang sangat dekat dan kedudukan istimewa.
Beliau meletakkan saya ke dalam pangkuan
beliau; sedangkan saya adalah seorang anak
kecil yang beliau dekap didadanya. Beliau
menempatkan saya di tempat tidur beliau.
Beliau merekatkan saya dengan tubuh beliau,
mengharumkan saya dengan keringat beliau.
Beliau tidak pernah menjumpai kedustaan
dalam ucapan saya dan kesalahan dalam
perbuatan saya. Saya selalu mengikuti beliau
seperti halnya anak sapi yang disapih yang
selalu ikut serta dibelakang ibunya. Beliau
setiap hari memperlihatkan sifat-sifat beliau
kepada saya sebagai pendidik dan beliau
menyuruh saya agar selalu mengikuti ajaran
beliau.”
Rasulullah pernah bersabda tentang
Sayyidina Ali Kw, ketika berada di mata air
Ghadir Khum :
“Barang siapa mengakui bahwa saya adalah
junjungannya, maka Ali adalah junjungannya
juga. Ya Allah sertailah orang yang menyertai
Ali dan musuhilah orang yang memusuhi Ali”
( HR.Turmuzi, Hakim, Nasai, Ahmad, Bazzar,
Thabrani Abu Ya’la )
Rasulullah saw pernah memberitahu kepada
Sayyidina Ali bahwa sesungguhnya tidak
akan mencintai Ali kecuali orang Mu’min dan
tidak akan membencinya kecuali orang
munafik
Diriwayatkan dari Zir bin Hubaisy, bahwa ia
berkata : Saya pernah mendengar Sayyidina
Ali Kw berkata:
“Demi zat yang telah menumbuhkan biji-bijian
dan yang telah menciptakan makhluk hidup,
sesungguhnya adalah jaminan seorang Nabi
yang Ummi kepada saya bahwasanya tidak
akan mencintai saya kecuali orang mu’min
dan tidak akan membenci saya kecuali
orang munafik.”
( HR.Muslim, Turmuzi, Nasa’i dll )
Ketika turun ayat Muhabalah :
“Maka katakanlah ( Wahai Muhammad ) :
Marilah kita memanggil anak-anak kami dan
anak-anak kamu….
( QS.Ali Imran :61 )
Maka Rasulullah saw mengumpulkan
Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fatimah, Sayyidina
Hasan dan Sayyidina Husein dan beliau
bersabda :
“Ya Allah mereka inilah keluargaku.”
( HR.Muslim, Turmuzi, Hakim, dll ).
Keistimewaan Sayyidina Ali Kw
1. Abul Abbas :
“Ali memiliki empat keistimewaan yang tidak
dimiliki oleh siapapun selain Ali yaitu dia
adalah orang yang pertama kali diantara
orang Arab dan orang Ajam menjalankan
sholat bersama Muhammad saw; dia adalah
orang yang membawa bendera Rasulullah saw
didalam setiap pasukan besar; dia adalah
orang yang sabar menyertai Rasulullah saw
ketika orang lain lari meninggalkan beliau
( ketika perang ) dan dia adalah orang yang
memandikan jenazah Rasulullah, sekaligus
mensemayamkan beliau ke dalam kubur.”
2. Imam Hasan Al-Basri:
“Demi Allah dia adalah anak panah yang
sangat tepat sasaran. Dia adalah Alim
Robbani nya umat ini, yang memiliki
keutamaan serta memiliki kekerabatan
kepada Rasulullah saw. Dia telah mendapat Al
Qur’an lewat keteguhan hatinya.”
3. Imam Ahmad bin Hanbal, Ismail Al Qadli, An
Nasa’i :
“Tidak ada hadits yang menerangkan
tentang diri salah seorang dari sahabat
dengan sanad-sanad yang bagus sebanyak
hadits yang menerangkan tentang Ali ra.”
4. Memiliki kemampuan bersabar dan
memaafkan yang luar biasa; ketika ada
sebagian orang mengundurkan diri dari
pembaiatan dirinya sebagai Khalifah; beliau
hanya berkata : “Mereka itu adalah golongan
yang menelantarkan kebenaran dan juga
tidak menolong kebatilan, mereka telah
mengundurkan diri dari kebenaran dan tidak
pula berdiri menyertai kebatilan.”
5. Imam Bukhari telah meriwayatkan dari
Sayyidina Umar bin Khattab ra bahwa beliau
berkata : “Orang yang paling ahli membaca
diantara kami adalah Ubai dan orang yang
paling ahli memutuskan perkara diantara
kami adalah Ali.”(HR.Bukhari)
6. Memiliki daya ingat yang kuat ( Udzunun
Wa’iyah ) : mendengar dan hafal terhadap
apa yang telah didengarnya dan tidak
menghilangkannya hanta karena sebab tidak
mengamalkannya.
7. Menjadi penyampai ( Tabligh ) sebagai
wakil Rasulullah saw.
8. Imam Bukhari dan yang lainnya
meriwayatkan dari Al-Bara’ bin Azib bahwa ia
berkata :”Rasulullah saw telah berkata
kepada Sayyidina Ali Kw” : “Engkau adalah
bagian dari diriku dan Aku adalah bagian
dari dirimu”
9. Imam Bukhari meriwayatkan dari Sayyidina
Ali Kw; bahwa beliau berkata : “Saya adalah
orang yang pertama kali berlutut untuk
menyelesaikan pertengkaran di hadapan Ar-
Rahman pada hari kiamat nanti”
10. Sayyidina Ali Kw adalah orang laki-laki
paling terakhir bertemu dengan Rasulullah
saw.
Ibnu Abbas ra meriwayatkan sebuah hadits,
bahwasanya Rasulullah saw menyatakan:
‘Manusia diciptakan dari berbagai jenis
pohon, sedang aku dan Ali bin Abi Thalib
diciptakan dari satu jenis pohon (unsur).
Apakah yang hendak kalian katakan tentang
sebatang pohon yang aku sendiri merupakan
pangkalnya, Fatimah dahannya, Ali getahnya,
al-Hasan dan al-Husein buahnya, dan para
pencinta kami adalah dedaunannya!
Barangsiapa yang bergelantung pada salah
satu dahannya ia akan diantar ke dalam
surga, dan barangsiapa yang
meninggalkannya ia akan terjerumus ke
dalam neraka.”
Imam Ali bin Abi Thalib wafat sebagai syahid
pada hari Jum’at tanggal
17 Ramadhan tahun 40 Hijriyah ketika
sedang melaksanakan sholat Subuh. Beliau
dikarunia lima belas orang anak laki-laki
dan delapan belas orang anak perempuan:
-Hasan
-Husein Ibunya Siti Fathimah binti Rasul saw.
-Muhsin (meninggal waktu kecil)
-Muhammad al-Hanafiah (Menurut satu
pendapat keluarga Ba Qasyir di Hadramaut
adalah keturunannya)
-Abbas
-Usman Syahid bersama saudaranya Husein
-Abdullah Ibunya ummu Banin binti Hazam al-
Kilabiyah
-Ja’far
-Abdullah
Ibunya Layla binti Mas’ud al-Nahsaly
-Abu Bakar
-Yahya
Ibunya Binti Umais al-Khosmaiy
-Aun
-Umar al-Akbar (Ibunya ummu Habibah al-
Taghlibiyah)
-Muhammad al-Ausath (Ibunya Amamah binti
Abi Ash)
-Muhammad al-Asghor
Kelima belas anak laki-laki tersebut sesuai
dengan pendapat al-Amiri, sedangkan Ibnu
Anbah menambahkan nama: Abdurahman,
Umar al-Asghor dan Abbas al-Asghor.
Adapun yang membuahkan keturunan ada
lima, yaitu: Hasan, Husein, Muhammad al-
Hanafiyah, Abbas al-Kilabiyah dan Umar al-
Tsa’labiyah.
Sedangkan anak perempuannya dalam
riwayat yang disepakati berjumlah 18 orang,
yaitu: Zainab, Ummu Kulsum, Ruqoyah, Ummu
Hasan Ramlah al-Kubra, Ummu Hanni, Ramlah
al-Sughro, Ummu Kulsum al-Sughro,
Fathimah, Amamah, Khadijah, Ummu Khoir,
Ummu Salmah, Ummu Ja’far, Jamanah.
( Dikutip dari Al-Kisah; No.10/Tahun III/9-22
Mei 2005 dan buku Ajarilah Anakmu
Mencintai Keluarga Nabi SAW; Muhammad
Abduh Yamani )
Kebaikan bukanlah dengan bertambah
banyaknya harta dan anakmu. Akan tetapi
kebaikan adalah dengan bertambah
banyaknya ilmumu, bertambah besarnya
kesabaranmu, dan engkau menyaingi orang
lain dengan ibadahmu kepada Tuhan mu.
Maka, jika engkau berbuat baik, engkau
memuji Allah ‘Azza wajalla; dan jika engkau
berbuat buruk, engkau beristighifar kepada
Allah.
Tidak ada kebaikan di dunia ini kecuali bagi
dua golongan manusia, yaitu:
Pertama, seseorang yang berbuat dosa, lalu
dia cepat-cepat meluruskan perbuatannya
dengan bertobat.
Kedua, seseorang yang selalu bersegera
dalam amal kebajikan.
dan berikut wasiat/nasehat dari sahabat
Sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib ^_^
perbuatan yang dilakukan dengan
ketakwaan, maka bagaimana dapat
dikatakan sedikit suatu perbuatan yang
diterima (Allah)?
Kesempatan terus berjalan seperti
jalannya awan. Oleh karena itu, cepat-
cepatlah kalian ambil segala kesempatan
yang baik (sebelum Ia berlalu dari kalian).
Kedermawanan yang sebenarnya adalah
berniat melakukan kebaikan kepada setiap
orang.
Di antara amal kebajikan yang paling
utama adalah: berderma di saat
kesusahan, bertindak benar ketika sedang
marah, dan memberi maaf ketika mampu
untuk menghukum.
Kebaikan yang tidak ada keburukan di
dalamnya adalah bersyukur ketika
mendapatkan kenikmatan, dan bersabar
ketika mendapatkan musibah.
Berbuatlah kebaikan dan janganlah kalian
meremehkannya sedikit pun. Sebab, yang
kecilnya adalah besar dan sedikitnya
adalah banyak. Dan janganlah sekali-kali
salah seorang dari kalian mengatakan,
”Sesungguhnya orang lain Iebih utama
dalam hal melakukan kebaikan ini daripada
saya.” Maka, demi Allah, perkataannya
akan menjadi kenyataan. Sesungguhnya
bagi kebaikan dan keburukan ada
pemiliknya (pelakunya). Maka,
bagaimanapun kalian meninggalkan di
antara keduanya, ada orang lain yang
akan mengerjakannya.
Jika seseorang meninggal dunia,
terputuslah segala amal nya kecuali tiga:
sedekah jariah; ilmu yang dia ajarkan
kepada manusia lalu mereka mendapatkan
manfaat dengannya; dan anak yang saleh
yang mendoakannya.
Maafkanlah kesalahan orang-orang yang
memiliki akhlak yang mulia karena setiap
orang di antara mereka, jika melakukan
suatu kesalahan, pasti tangan Allah ada
bersama tangannya yang mengangkat
kesalahannya itu.
Janganlah engkau meninggalkan kebaikan
karena zaman selalu berputar. Banyak
sekali orang yang pagi harinya
mengharapkan kebaikan (pemberian) orang
lain berubah menjadi orang yang
diharapkan kebaikannya oleh orang lain,
dan orang yang kemarinnya mengikuti
orang lain berubah menjadi orang yang
diikuti.
Permulaan kebaikan di pandang ringan,
tetapi akhirnya dipandang berat. Hampir-
hampir saja pada permulaannya dianggap
sekadar menuruti khayalan, bukan pikiran;
tetapi pada akhirnya dianggap sebagai
buah pikiran, bukan khayalan. Oleh karena
itu, dikatakan bahwa memelihara pekerjaan
lebih berat daripada memulainya.
Dengan kebaikan, orang yang merdeka
dapat diperbudak.
Pasti untukmu ada seorang teman di
dalam kuburmu. Oleh karena itu, jadikanlah
temanmu itu seorang yang berwajah
tampan yang wangi baunya. Dia adalah
amal saleh.
Memulai pekerjaan adalah sunnah,
sedangkan memeliharanya adalah wajib.
Tidak ada perdagangan yang seperti amal
saleh, dan tidak ada keuntungan yang
seperti pahala.
Jika engkau merasa lelah dalam kebajikan,
maka sesungguhnya kelelahan itu akan
hilang, sementara kebajikan akan kekal.
Belanjakanlah hartamu dalam hal yang
benar, dan janganlah engkau menjadi
penyimpan harta untuk selain dirimu
(orang lain).
Benar-benar mengherankan, orang yang
dikatakan kebaikan ada padanya padahal
kebaikan itu tidak ada pada dirinya,
bagaimana dia merasa gembira? Dan juga
benar-benar mengherankan, orang yang
dikatakan keburukan ada padanya,
padahal keburukan itu tidak ada pada
dirinya, bagaimana dia marah?
Tidak ada yang mengetahui keutamaan
orang yang memiliki keutamaan kecuali
orang-orang yang memiliki keutamaan.
Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba
yang dikhususkanNya dengan berbagai
kenikmatan untuk kemanfaatan hamba-
hamba-Nya yang lain. Allah mengukuhkan
kenikmatan (harta) itu di tangan mereka
selama mereka mendermakannya. Maka,
jika mereka tidak mendermakannya, pasti
Allah akan mencabutnya dari mereka,
kemudian Dia mengalihkannya kepada
orang-orang selain mereka.
Kebajikan adalah apa yang dirimu merasa
tenang padanya dan hatimu merasa
tenteram karenanya. Sedangkan dosa
adalah yang jiwamu merasa resah
karenanya dan hatimu menjadi bimbang.
Jika bentuk keburukan bergerak dan tidak
tampak wujudnya, maka Ia akan
menyebabkan ketakutan; dan jika tampak
wujudnya, maka Ia akan menyebabkan
kesakitan. Sebaliknya, jika bentuk kebaikan
bergerak dan tidak tampak wujudnya,
maka ia akan menyebabkan kegembiraan;
dan jika tampak wujudnya, maka ia akan
menyebabkan kenikmatan.
Lemparkan kembali batu itu dari arah
mana ia datang, karena sesungguhnya
kejahatan tidak didorong kecuali oleh
kejahatan.
Tangguhkanlah keburukan karena
sesungguhnya jika engkau menghendaki,
niscaya engkau akan terburu-buru
mengerjakannya.
Pelaku kebaikan lebih baik daripada
kebaikan itu sendiri, dan pelaku kejahatan
lebih jahat daripada kejahatan itu sendiri.
Bersahabatlah dengan orang-orang yang
baik, niscaya engkau akan termasuk di
antara mereka; dan tinggalkanlah orang-
orang jelek, niscaya engkau terpisah dari
mereka.
Janganlah engkau bersahabat dengan
orang jahat karena sesungguhnya
watakmu mencuri dari sebagian wataknya,
sementara engkau tidak tahu.
Orang-orang jahat mengincar keburukan
manusia dan meninggalkan kebaikan
mereka, sebagaimana lalat mengincar
tempat-tempat yang busuk.
Sesuatu yang manfaatnya bersifat umum
adalah kematian bagi orang-orang jahat.
Janganlah kalian bersahabat dengan
orang-orang jahat karena Sesungguhnya
mereka mengungkit-ungkit kebaikan
mereka terhadap kalian.
Sumber: http://www.facebook.com/notes/
imam-nawawi/wasiat-sayyidina-ali-bin-abi-
tholib-rodliyallahu-anhu/10150239199658203

Tidak ada komentar:

Posting Komentar